Senin, 16 Mei 2011

Mengapa Harus Ada Cinta?

WACANA

28 Maret 2010
Surat Pembaca - SUARA MERDEKA




Pernahkah Anda jatuh cinta? Apakah Anda masih memiliki rasa cinta ? Apa arti cinta bagi Anda ? Dan mengapa harus ada cinta ? Arti cinta yang sering diucapkan oleh pribadi-pribadi tertentu yaitu ”cinta itu buta”, namun kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka memberikan arti bahwa cinta itu adalah suka sekali, berharap sekali, benar-benar sayang. Wikipedia memberi arti cinta yaitu sebuah kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang untuk membantu.

Ini realita! Ketika menulis surat pembaca ini, saya benar-benar tidak mengetahui apa jawaban Anda dengan pertanyaan-pertanyaan di atas. Saya menulis surat pembaca ini terdorong oleh suatu kenyataan bahwa begitu banyak insan yang mendewakan cinta sehingga membuat hidupnya bersemangat dan berbunga-bunga. Tetapi sebaliknya tidak sedikit juga insan merasa hancur karena cinta dan menebar cinta itu hingga mengakibatkan hati terluka, tidak lagi memiliki gairah hidup, dan menimbulkan kebencian yang sangat dalam.

Ada banyak anak tidak dapat melanjutkan sekolah karena kehidupan cinta orang tuanya yang sudah tidak lagi seperti awalnya. Karena cinta seorang ayah yang beralih ke orang lain mengakibatkan anak-anak kehilangan cinta. Sang ibu pun akhirnya beranggapan bahwa cinta itu racun yang telah membunuh kebahagiaannya. Ini sungguh-sungguh saya temui manakala melakukan home visit dan hati pun trenyuh, berempati.Dalam hal ini sangat diharapkan peran masyarakat dan rekan-rekan penggiat LSM untuk membantu anak-anak agar dapat terus bersekolah sebagai manifestasi dari lagu yang didendangkan Minggus Tahitoe ”Cintailah Sesamamu”.

Syairnya: Gemuruh ombak menderu, berlomba mengecup pantai, bagaikan dua insane, yang bercinta. Semenjak alam tercipta, mereka saling mencinta, indahnya betapa indah alam ini.
Kami sudah diciptakan, untuk saling mengasihi, sadarlah sadarlah hai kau manusia. Cintailah sesamamu, seperti dirimu sendiri, bersama-sama kami nikmati, apa yang dikaruniakan-Nya

 Manogar Rajagukguk
Guru BK SMK 17 Agustus  1945
JL. KI Mangunsarkoro 19 Semarang

Sabtu, 30 April 2011

CHAIYYA CHAIYYA

Artikel ini telah di muat di Majalah INFRA GPdI Petra edisi Mei 201




Chaiyya Chaiyya
Oleh : Manogar Rajagukguk (HP. 085866174150)

Chaiyya Chaiyya adalah sebuah lagu India yang mendunia, dinyanyikan oleh Shah Rukh Khan. Lagu ini juga ada di film Hollywood Inside Man yang dibintangi Danzel Washington dan Clive Owen. Di Indonesia, lagu ini tengah fenomenal kala  video lip sync Briptu Noorman Kamaru beredar di YouTube.
Gembala Sidang kita di Ibadah Raya 3 April 2011 memaparkan bagaimana Daud menjadi sukses karena memanfaatkan waktu luangnya dengan baik hingga memiliki keterampilan bermain kecapi dan menjadi pribadi yang unggul. Lantas apa kaitannya dengan pengalaman anggota Brimob Polda Gorontalo yang sedang naik daun itu?
Noorman Kamaru menjadi terkenal, dan mungkin lebih terkenal dari rekannya atau komandannya seperti sekarang ini, bukanlah rekayasa instant. Tayangan berita hiburan di televisi menceritakan kalau Noorman memiliki hobi menyanyi dan talenta bermain gitar. Darah seni ada dalam dirinya dari orang tuanya. Apa yang terekam di You Tube adalah upaya Noorman untuk menghibur rekannya agar tidak tenggelam dalam masalahnya. Ia memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan tidak egois.
MENJADI PRIBADI YANG UNGGUL
Apa sebenarnya rahasia untuk menjadi pribadi yang sukses atau unggul eeperti yang dikehendaki Tuhan? Mengutip sebuah artikel yang diterbitkan di situs internet www.sabdaspace.org, ada 12 syarat untuk menjadi pribadi yang unggul: 1) membangun gambar diri yang positif; 2) mampu mengendalikan pikiran dan perkataan; 3) menghadapi kegagalan dengan positif; 4) memahami tujuan hidup yang sejati; 5) hidup dengan memaksimalkan potensi; 6) mengenal gaya kepribadian kita; 7) membangun hubungan  yang efektif; 8) memberdayakan kepemimpinan dalam diri; 9) sinergi karima dan karakter; 10) mengembangkan orang lain untuk sukses; 11) milikilah impian yang besar dan positif; 12) ambil tindakan dan etos kerja yang tinggi.
Satu dari sekian tokoh Alkitab yang memenuhi keduabelas syarat tersebut adalah Yusuf anak Yakub dari Rahel. Kejadian 37, selain Kejadian 38, sampai Kejadian 50 mengisahkan perjalanan hidup Yusuf. Ketika masih muda saat berumur belasan tahun cenderung memiliki rasa gengsi dan idealisme yang tinggi sebagai perwujudan mencari identitas diri. Namun Yusuf mau menggembalakan kambing domba dan bekerja sama dengan saudara-saudaranya serta membangun gambar diri yang positif.
Di Kejadian 39:4, kepribadian Yusuf yang unggul, meski hidup sebagai budak di Mesir, mendapat kasih tuannya, Potifar, dan diberi kuasa dalam rumahnya atas segala milik Potifar. Yusuf pun tidak semena-mena memanfaatkan kekuasaan yang didapatnya meski ada godaan yang sangat menggiurkan dari isteri tuannya. Keadaan ini terjadi, selain karena penyertaan Tuhan, karena Yusuf mampu memahami tujuan hidup yang sejati (Kejadian 39:20).
Hal yang menjadi kunci penting hingga Yusuf menjadi pribadi yang unggul, menjadi orang kepercayaan Raja Firaun dan penguasa di Mesir, ada di Kejadian 50:19-21. Yusuf mampu memaafkan saudara-saudaranya, bahkan memberi jaminan kesejahteraan, serta menghibur hati saudara-saudaranya, meski mereka telah mereka-rekakan yang jahat dengan membuang Yusuf lalu menjualnya sebagai budak. Mari belajar dari Yusuf untuk menjadi pribadi yang unggul seperti yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita.

JADI SEPERTI-MU

Andre Hermanto

Album All For You

Key: F



Intro: F C Dm Bb 2x






F            C

Bapa Kau setia

Dm            Bb

Tak kan meninggalkan

F           C              Bb

Dan ku percaya Engkau milikku

            Bb

Dan ku milikMu

F        C  Dm            Bb

Kerinduanku tinggikan namaMu

F/A         C              Gm

Kar'na ku tahu Engkau dalamku

            C

Dan ku dalamMu



Reff:

F        C/E   Dm       Am

Ubah hatiku seputih hatiMu

  Bb         F/A

Setulus salibMu

     Gm    C

KasihMu Tuhan

F        C/E   Dm       Am

Biar mataku seperti mataMu

    Bb         F/A

Pancarkan kasihMu

         Gm  C        F

Ku mau jadi    sepertiMu


Kamis, 21 April 2011

SURAT PEMBACA SUARA MERDEKA

Kepada Bp Suprayitno Ketua LP3N Semarang
Setiap kali Bapak Suprayitno, Ketua LP3N menulis di kolom Surat Pembaca, saya sangat sependapat dengan apa yang beliau sampaikan dan mengaguminya.
Bahkan ketika memberikan wacana tentang dana abadi pendidikan yang dimuat harian ini pada 23 Desember 2010 yang lalu, saya sempat menelepon mengungkapkan rasa terima kasih atas kepeduliannya di dunia pendidikan.
Namun untuk tulisan Bapak Suprayitno berjudul ‘’Kepada Dinas Pendidikan Kota Semarang’’ yang dimuat pada tanggal 29 Desember 2010 saya kurang sependapat terlebih-lebih disebutkan nama salah satu institusi pendidikan yang menolak pembebasan SPP dan SPI, tanpa mengurai data miskin dari klien dan penolakan itu baru sebatas lisan.
Karena selalu ada saja orang tua dan siswa yang mengaku miskin, tetapi memiliki HP lebih dari satu, bahkan tidak jarang siswa lebih asyik bermain HP di kelas daripada konsentrasi pada pelajaran, termasuk siswa yang mengaku miskin tersebut (mohon maaf saya menggunakan kata miskin karena meminjam kata yang digunakan Bapak Suprayitno). Kadangkala saya mendapatkan ketidaksesuaian antara pengakuan dan fakta manakala saya home visit yang juga saya manfaatkan berkomunikasi dengan tetangga, terkadang dengan ketua RT tempat siswa tinggal.
Saya yakin jika data lengkap, apalagi didukung oleh prestasi, institusi pendidikan tidak akan serta merta menolak permohonan yang ada, meski kita juga harus menyadari bahwa sangat sulit bagi institusi pendidikan untuk total membebaskan biaya sekolah.
Melalui rubrik ini saya mengimbau agar pengelola sekolah juga lebih bijaksana dalam mengambil keputusan secara khusus yang menyangkut masa depan siswa, karena belum ini saya juga menemukan ketidaksesuaian pelaksanaan standar penilaian yang telah ditetapkan pada Permendiknas nomor 20 tahun 2007 khususnya bagi siswa yang memiliki nilai di bawah KKM yang seharusnya diremidi tetapi tidak dilaksanakan.

Manogar Rajagukguk
BK SMK 17 Agustus 1945 Semarang
Jl Ki Mangunsarkoro No 19

MENEPATI JANJI

WACANA

20 Agustus 2010
Surat Pembaca - SUARA MERDEKA


Menepati Janji

Kita pasti pernah menjanjikan sesuatu pada orang lain, bahkan pada diri kita sendiri, sebaliknya kita juga pasti pernah dijanjikan sesuatu oleh orang lain. Itulah janji, karena janji sangat mudah disampaikan tetapi tidak cukup mudah untuk merealisasikan, sehingga menjadi inspirasi munculnya berbagai syair lagu tentang janji sebagaimana yang disenandungkan Nidji dan Agnes Monica serta pencipta lagu lainnya.

Tahun Ajaran baru 2010/2011 belum lama berselang, demikian juga penentuan pemenang Pilkada dan pelantikan calon terpilih, namun dari berbagai pihak sudah banyak terlontar tagihan-tagihan janji yang berharap untuk segera direalisasi agar individu maupun masyarakat percaya pada sang pemberi janji walau sebenarnya janji itu tidak hanya sekedar untuk memenuhi apa yang telah kita janjikan.

Memenuhi janji adalah sebuah pekerjaan sepenuh hati, sekuat tenaga, sebuah kegiatan yang dipenuhi dengan nilai-nilai profesionalisme, bahkan berupaya memberikan lebih dari apa yang kita janjikan. Yang perlu kita sadari bersama bahwa memenuhi janji tidak bisa hanya diwujudkan dengan omongan, harus dari lubuk hati yang paling dalam yang didasari oleh keikhlasan. Mungkinkah?

Walau harus mengalami berbagai godaan, dengan keadaan yang saat ini tidak menentu, hendaknya jangan sampai membuat kita khawatirr dan meragukan janji Tuhan, apalagi sampai meninggalkan ibadah sebagai bentuk perlawanan kita dan tunduk pada kekecewaan. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak meyakini janji Tuhan  karena suci dan sangat teruji. Persiapkanlah dirimu untuk menerima janji Tuhan karena tidak lama lagi Allah pasti memberikan hari kemenangan itu.

Manogar Rajagukguk
BK SMK 17 Agustus 1945
Jl Kimangunsarkoro No. 19
Semarang

Pasien RSJ Mayoritas Remaja Tantangan bagi Guru BK?

WACANA

SURAT PEMBACA - SUARA MERDEKA, 24 Januari 2010
GAGASAN

Pasien RSJ Mayoritas Remaja. Demikian judul berita yang dimuat oleh Harian Suara Merdeka Edisi Rabu 6 Januari 2010 pada halaman C. Saat membaca judulnya saja, seketika hati bergetar sedih mengingat bahwa remaja adalah generasi penerus sebagai tonggak keutuhan berdirinya suatu bangsa.
Sangat memprihatinkan, data tahun 2009 jumlah pasien remaja berusia antara 12 - 18 tahun yang menderita gangguan jiwa mencapai 475 pasien. Faktor penyebabnya pun membuat hati semakin tersayat-sayat, selain faktor ekonomi keluarga, masalah pribadi, ternyata pendidikan pun memiliki andil semakin meningkatnya penderita gangguan jiwa pada remaja dikarenakan tidak lulus UN.

Mungkin kenyataan inilah yang menjadi inspirasi bagi penyair Rendra dalam menulis Sajak Seonggok Jagung: Aku bertanya: Apa gunanya pendidikan, bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalan? Bait pertama Sajak Seonggok Jagung yang ditulis Rendra dengan label ”Potret Pembangunan dalam Puisi 1975” menjadi kewajiban bagi setiap orang yang terpanggil sebagai pendidik untuk menjawabnya, sekaligus pembuktian akan peran guru atas kompetensinya dalam membentuk kepribadian siswa di tengah-tengah arus perkembangan teknologi yang begitu dahsyat.

Tidak hanya di Semarang, hampir di setiap daerah semakin banyak siswa yang lebih terfokus perhatiannya pada HP (handphone) sehingga mengakibatkan mereka menjadi kecanduan dan mungkin menjadi penyebab remaja mengalami gangguan jiwa karena daya pikirnya terus mencari cara agar HP dapat selalu on line sebagaimana lirik lagunya Saykoji. Ini saya buktikan ketika berkesempatan berkunjung ke beberapa sekolah di pelosok Sumatera Utara pada bulan Desember yang lalu. Mungkin hal ini menjadi tantangan baru bagi guru BK untuk lebih tegas dan penuh kasih sayang dalam memberi layanan sebagai upaya mewujudkan siswa berkembang secara optimal yang pada akhirnya mampu mengenali dirinya secara utuh sehingga remaja tidak lagi mudah kecanduan dan mengalami gangguan jiwa saat diperhadapkan dengan berbagai masalah seperti yang terjadi saat ini.

Manogar Rajagukguk
Guru BK SMK 17 Agustus 1945
Jl. Ki Mangunsarkoro 19 Semarang

Minggu, 17 April 2011

Siswa Pindahan Memberi Kesempatan?

SUARA MERDEKA - WACANA

03 November 2010
Gagasan



Sungguh, tulisan ini hanya bertujuan untuk mempertajam pemahaman dan mengukuhkan suatu pendapat sekaligus berharap adanya argumen-argumen yang mampu memberi suatu pengertian yang memiliki dasar dan bukan hanya anggapan. Untuk semua itu, sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat hal yang kurang berkenan dari isi tulisan ini.

Ketika melakukan browsing secara tidak sengaja saya menemukan artikel dengan judul ‘’SMP Murni Tidak Terima Siswa Pindahan dalam Kota’’ di posting Rabu, 7 Juli 2010. Dalam artikel tersebut Bapak Widodo, Ketua PPDB SMP Murni Solo berpendapat bahwa siswa pindahan dari dalam kota bisa dipastikan nakal atau tidak naik, sehingga hanya akan merepotkan guru dan mengganggu siswa lain. Selain itu juga membuat suasana belajar menjadi tidak kondusif. Apakah memang demikian?

Asumsi Bapak Widodo memang ada benarnya. Saya dulu pernah menjadi siswa pindahan karena selama kelas 1 SMA tergolong siswa yang nakal. Bahkan kenakalan itu tetap terbawa hingga semester 1 kelas 2 di sekolah yang baru. Namun saya sangat bersyukur karena ada 2 orang guru yang sangat berdedikasi membimbing serta mengarahkan saya hingga mendapat kesempatan merubah perilaku.

Tentu hal tersebut menjadi pembuktian pendapat dari Abin Syamsuddin Makmun (Psikologi Pendidikan, 2003) yang menyebutkan bahwa tugas guru antara lain sebagai pengubah perilaku peserta didik (behavioral changes) sebagaimana makna kata guru (Sansekerta) menerangi kegelapan.

Sebab perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1993), sehingga perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar, meskipun strategi perubahan perilaku tidak terbatas pada Education.

Perubahan perilaku juga dapat terjadi karena adanya Inforcement, tekanan yang sengaja diciptakan dalam bentuk peraturan atau tata tertib hingga pemberian sanksi. Sebagai pembimbing, saya menyadari hal ini tidaklah gampang, mengingat kecenderungan siswa (anak) sekarang suka menentang sehingga dituntut kegigihan guru dalam memodifikasi dan memformulasi strategi perubahan perilaku yang dibarengi dengan teladan guru/orang tua sebagai model yang diidolakan.

Dengan dasar dua strategi perubahan perilaku itu, tentunya sekolah tidak perlu menjadi trauma menerima siswa pindahan meskipun itu satu kota, sepanjang penambahan siswa memang diperlukan. Bagaimana menurut Anda?

Manogar Rajagukguk
BK SMK 17 Agustus 1945
Jl Ki Mangunsarkoro No. 19
Semarang.

Hukuman Nenek Minah Sumber Inspirasi

WACANA

SUARA MERDEKA 07 Desember 2009
Surat Pembaca



Perjalanan nenek Minah ke meja hijau yang awalnya sepi kepedulian tiba-tiba menjadi pusat perhatian dan menjadi ramai dibicarakan tidak saja oleh kaum lemah, akademisi, maupun para praktisi hukum yang termasuk di dalamnya Menkum HAM serta konon hal ini juga sudah didengar Presiden.

Namum sebelumnya? Hampir tidak ada yang peduli, hal inilah yang sering dialami oleh rakyat berstrata bawah, sehingga tidak mampu menggugah hati nurani para aparat dan penegak hukum.

Seolah kita semua sudah terbius oleh keinginan materialistis hingga tidak mampu lagi membedakan mana yang harus diselesaikan dengan jalur hukum, dan mana yang harus diselesaikan dengan kekeluargaan walaupun didalamnya terkandung proses pembelajaran hukum kepada seluruh masyarakat.

Semoga ini menjadi inspirasi bagi pemilik rumah produksi untuk mengemasnya dalam bentuk cerita film yang diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih mengerti hukum.

Kisah nenek Minah yang harus menjalani hukuman masa percobaan juga mengandung ujian rasa solidaritas dan keteguhan iman untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi, sebagaimana kisah Yusuf dalam kitab suci yang harus melewati berbagai rintangan dan hukuman penjara untuk dapat meraih jabatan sebagai penguasa yang mengayomi masyarakatnya dan tetap mengasihi orang-orang (saudara) yang pernah menyengsarakan hidupnya.

Adakah kita siap menghadapi hal yang sama atau kita hanya bisa mengobarkan emosi dan menyalahkan orang lain demi pembenaran diri? Kiranya setiap permasalahan yang terjadi dapat menjadi sumber inspirasi untuk kita lebih mendekatkan diri pada Tuhan Sang pemberi hidup. Amin.

Manogar Rajagukguk
Staf BK SMK 17 Agustus 1945
JL Kimangunsarkoro 19 Semarang

Sabtu, 16 April 2011

Ayahku Mengantarkan Kegembiraan

Wacana

15 Maret 2011
SURAT PEMBACA - SUARA MERDEKA

Saya tidak yakin kalau orang tua yang sibuk, khususnya para ayah yang pada umumnya suka baca koran akan tertarik membaca artikel ini, dan lebih tidak percaya lagi kalau ada yang menyempatkan diri menyimak surat pembaca ini, sementara dalam aktivitas sehari-hari cenderung mengabaikan anak karena lebih menikmati hidup dengan simpanannya.
Atau para ibu yang lebih mengutamakan arisan daripada memperhatikan anak-anaknya. Meski demikian saya mengakui bahwa Allah, Tuhan dapat mengubah hati seseorang. Apakah Anda meyakininya?

Seorang anak SD dengan penuh semangat dan sumringah bercerita di depan kelas tentang aktivitas ayahnya sebagaimana yang ditayangkan televisi dalam sebuah iklan minuman Coca Cola. ”Jika ditanya ayahku bekerja apa, aku selalu menjawab: Ayahku mengantarkan kegembiraan”. Pengakuan yang sangat menyentuh hati, tetapi adakah hal itu sempat terpikirkan oleh para orang tua?
Sebagai pembimbing, acap kali mendapati siswa yang tiba-tiba bersikap memberontak ketika diminta menjelaskan keberadaan ayahnya.

Lebih mudah bagi siswa tersebut mengucapkan setan daripada ayah. Bahkan ada juga yang menantang sebagai ungkapan kemarahan terhadap orang tua yang telah menelantarkannya. Suatu penelitian di Amerika mengungkapkan bahwa pemimpin yang mengalami pengalaman buruk dengan ayah atau orang tuanya kebanyakan menjadi pemimpin yang di kantor dan suka korupsi.

Itulah sebabnya firman Tuhan dalam kitab Efesus pasal 6 ayat 4 berpesan: ”Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” karena pertumbuhan serta gambar diri anak sangat dipengaruhi oleh perhatian dan kasih sayang orang tua. Anak yang mengalami kurang kasih sayang cenderung memiliki perasaan minder yang kemudian sering ditutupi dengan tingkah laku mencari perhatian.

Michael Jackson, penyanyi legendaris yang dijuluki The King of Pop saat diwawancarai stasiun televisi mengakui sering mendapat perlakuan kurang baik saat masih kanak-kanak dari ayahnya, baik secara fisik maupun mental sampai ia sering menangis kesepian dan terkadang muntah ketika melihat ayahnya sendiri hingga Jacko terbentuk dengan memiliki kepribadian dan kehidupan yang aneh walaupun banyak orang menganggapnya sukses tetapi di akhir hidupnya sangat tragis.

Jika kita menginginkan Indonesia memiliki generasi yang berkualitas, maka peran orang tua dalam mendidik anak harus menjadi bagian yang terpenting. Seberapa banyak dari antara pembaca yang telah melakukannya?

Manogar Rajagukguk
BK SMK 17 Agustus 1945
Jl Ki Mangunsarkoro No 19 Semarang
085866174150

SALIB YANG REALISTIS

Dimuat di Majalah INFRA GPdI Petra edisi April 2011




Pada satu bukit jauh, dari sini, lihat salib Tuhan berdiri
 S’potong kayu kasar, tanda dosa besar
 Di sana Tuhanku t’lah mati
 Reff : Kudatang pada salib itu
 Ku ingat cintaNya Tuhanku
 dan ku jatuh pada kakiNya, sanaku dapat ampun dosa
 kuk kayu yang kasar dihinakan dunia bawa kelepasanku kekal
 bagiku sebabnya Tuhan pertolongan penebus semua dosa dunia

Salib tidak hanya sebatas simbol keyakinan pada Kristus. Salib memiliki latar belakang yang suram dan gelap hingga Allah Bapa mengubah-Nya menjadi suatu kemenangan melalui pengorbanan putera-Nya yang Tunggal yaitu Yesus Kristus.
Bangsa Persia pada mulanya menggunakan salib sebagai bentuk penghukuman pada penjahat hingga ke penyembahan pada dewa-dewa tertentu, sedangkan bagi masyarakat Mesir Kuno salib adalah simbol seksual terkait dengan ritual penyembahan terhadap Dewa Matahari yang kemudian dihubungkan dengan simbol “kehidupan” dan “pemberi hidup”. Demikian juga bagi suku bangsa Fenisia dan Kartago dimana salib dengan simbol lingkaran di bawahnya menunjuk kepada ”kebaikan” di dalam arti ”kebaikan mula-mula.” yang kemudian bentuk salib diubah dengan lingkaran di bawahnya menunjuk kepada sebuah hati.
Meski bukan produk asli, masyarakat Yunani juga menggunakan salib sebagai bentuk penghukuman bagi para penjahat dari kalangan budak dan bukan kepada masyarakat Yunani yang merupakan penduduk kota. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat Romawi sebagai bentuk penghukuman yang paling keji sekaligus sebagai bentuk mempersembahkan para kriminal kepada dewa-dewa seperti Zeus dari neraka.
Mengapa harus Salib ?
Inilah salah satu bukti ke-Maha Kuasa-an Allah Bapa Tuhan kita. Sebagaimana yang sudah diuraikan, salib adalah simbol kejahatan dan wujud penyembahan kepada dewa-dewa, tetapi Tuhan berkenan memakai dan mengubah-Nya menjadi sesuatu yang indah sebagai simbol pembebasan dan kemenangan. Artinya, Tuhan tidak semena-mena membuang sesuatu yang telah menyakiti hati-Nya yaitu orang berdosa yang hidup dalam kegelapan, yang telah melakukan kejahatan dan menyembah berhala, tetapi karena kasih-Nya Allah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya (1 Yohanes 4:9).
Yang perlu kita pahami bahwa penyaliban itu tidak hanya dialami oleh anak Manusia, tetapi terlebih dahulu dialami oleh Allah Bapa dengan merelakan Anak yang dikasihi-Nya yang kepada-Nya Ia berkenan (Matius 17:5, Markus 9:7, 2 Petrus 1:17). Itulah sebabnya Allah memilih salib yang melambangkan kemurahan kasih-Nya turun dari surga ke bumi (dalam bentuk vertikal) untuk sama seperti manusia (dalam bentuk horisontal).
Realita Salib dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita kembali melihat salib yang membentuk dua sisi yaitu vertikal dengan berdiri tegak dan horisontal datar membujur. Sisi vertikal salib dibatasi oleh sisi horisontal dimana sisi vertikal di atas sisi horisontal lebih pendek jika dibandingkan dengan sisi vertikal di bawah sisi horisontal yang lebih panjang. Hal ini memberi pengajaran kepada kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari (termasuk hamba Tuhan/Rohaniwan, Pendeta) Tuhan tidak menuntut kita untuk menyerahkan seluruh hasil kerja kita kepada Tuhan karena memang kita masih hidup di dunia. Ini realistis ! Firman Tuhan dalam Maleakhi 3 ayat 10 menerangkan untuk kita membawa persembahan ke rumah Tuhan sepersepuluh dari berkat yang kita terima.
Sedangkan sisi horisontal salib yang di sebelah kiri dan kanan sama panjangnya serta seimbang, artinya dalam kehidupan kita secara duniawi dan rohani harus seimbang. Tidak sedikit orang Kristen yang menjadi batu sandungan bahkan jatuh dalam dosa karena kehidupan yang tidak seimbang. Waktu untuk pelayanan begitu panjang, tetapi waktu untuk keluarga dan berlutut di kaki Tuhan terabaikan. Imam Eli adalah bukti dalam Alkitab (1 Samuel 2: 12, 1 Samuel 3: 13). Bahkan ada juga orang Kristen yang memandang pelayanan itu berbeda dan lebih memandang penting pelayanan tertentu, sehingga timbullah keinginan untuk memilih-milih pelayanan. Bagaimana dengan anda ?
Ingat ! salib terdiri dari dua sisi. Sisi vertikal adalah otoritas Tuhan yang memberi kita hidup di dunia berdasarkan kasih karunia dari tahta kerajaan Surga. Lalu sisi horisontal adalah perjalanan hidup kita di dunia yang melekat dengan campur tangan yang dikendalikan Tuhan. Bayangkan saja jika tidak ada sisi vertikal salib yaitu Tuhan yang tinggal di dalam hidup kita, maka sisi horisontal kehidupan kita akan limbung. Inilah salib yang realistis !
Setelah Yesus Kristus berhasil mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya dari kubur, salib menjadi simbol kemenangan yang membawa sukacita. Selanjutnya bagi kita yang sudah mengalami pembebasan dan berkemenangan oleh kuasa salib Kristus perlu menceritakan pengalaman itu kepada orang lain sebagaimana amanat agung dalam Matius 28 : 19 – 20.
Oleh : Manogar Rajagukguk

Tahun Kelinci Bermakna Persahabatan dan Damai

Surat Pembaca - SUARA MERDEKA, 5 April 2011

Dimulai dari Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, sejak Tahun 2000 masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa mendapat keleluasaan merayakan Imlek atau biasa disebut Shincia dengan logat Hokkian atau Chunjie dalam Mandarin yang merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa.
Imlek bisa bermakna start untuk pengharapan yang baik, tapi juga bermakna silaturahmi, karena seluruh keluarga berkumpul, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ellisa Christian MA, pengamat masalah Tionghoa dan dosen Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya.

Tahun ini, Tahun Baru Imlek 2562 bertepatan dengan hari Kamis tanggal 3 Februari 2011 yang juga disebut Tahun kelinci dengan mengusung tema ‘’Persahabatan dan Damai’’ dan di Pecinan Semarang diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk memperkenalkan gaya hidup yang bersahabat pada lingkungan.

Tentu tidak mudah mewujudkan tema tersebut, karena hingga saat ini di masyarakat masih terus tersemai benih kebencian dan wabah untuk memusuhi warga masyarakat keturunan Tionghoa yang ditaburkan oleh penjajah dulu sebagai upaya memecah belah karena kita ketahui warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia juga ikut angkat senjata dalam mewujudkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Semestinya, di era reformasi yang mengedepankan demokrasi tidak ada lagi upaya-upaya untuk menjadikan keturunan Tionghoa menjadi warga negara kedua, terlebih-lebih bagi mereka yang sudah beranak-cucu di Indonesia. Namun kenyataannya, termasuk di lingkungan sekolah secara khusus sekolah negeri hal ini masih saja terjadi, sehingga warga keturunan Tionghoa harus berpikir ekstra untuk menyekolahkan putra-putrinya bersekolah di luar komunitasnya.

Semoga dengan tema Tahun Baru Imlek 2562 bersama-sama kita wujudkan semangat untuk dapat saling menerima tanpa adanya diskriminasi, hal itu bisa terealisasi. Sungguh, alangkah baik dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun, sebab hanya kepada orang (masyarakat) yang hidup rukun Tuhan memerintahkan berkat (rejeki) dalam kehidupan untuk selama-lamanya.

Manogar Rajagukguk
Guru BK SMK 17 Agustus 1945
Jl Ki Mangunsarkoro No 19 Semarang
085866174150